Friday, January 28, 2011

Moment itu


Dari mana sebenarnya setiap moment yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari bermula? Setiap moment pasti ada pelakunya. Persis seperti yang kita dengar “setiap zaman ada rijalnya”. Setiap peristiwa ada pelakunya.
Maka jawabannya setiap momen yang muncul dalam kehidupan kita sesungguhnya ada orang yang menyebakan momen itu muncul. Ada pelaku yang menyebabkan saat itu terjadi.
Momen itu muncul dari seorang pelaku. Pelaku itulah yang menginginkan momen itu terjadi. Pelaku yang menggagasi agar momen itu tercipta. Berarti bermula dari ide seseorang dan berubah menjadi peristiwa yang menjelma menjadi nyata.
Ada ide diwujudkan dalam perilaku dan mewujud menjadi sebuah kenyataan.
Disini kita perlu menyadari dimana posisi kita disaat momen itu terjadi.
Apakah kita sebagai orang yang memunculkan idea, sebagai pelaku ide tersebut, atau bahkan hanya sebagai korban dari ide tersebut?
Dakwah sesungguhnya proses memunculkan sebuah momen dimana suatu kondisi itu mengalami  perubahan. Perubahan sosial, perubahn lingkungan, dan perubahan yang lainnya yang sesuai dengan tujuan dakwah itu.
Jadi dalam dakwah sesungguhnya ada yang memunculkan ide, ada yang melakukan ide dan terakhir ada korban dari ide tersebut.
Dakwah merupakan sebuah proses penyampaian ide-ide/gagasan-gagasan yang berawal dari Nabi-nabi hingga penutup seluruh risalah dakwah ini adalah Nabi Muhammad SAW.
Dengan kata lain Islam merupakan sebuah ide yang turun dari Allah SWT yang ide muncul lewat Wahyu sebagai penjelas terhadap ide-ide Allah SWT untuk kehidupan manusia di bumi ini sebagaimana yang tertera dalam surah An-Nahl:89
Ide kehidupan yang paling lengkap dan sempurana adalah Islam, kelengkapan dan kesempurnaan agama ini lah yang mengharuskan seluruh umat manusia untuk berpedoman kepada Al-qur’an ditambahkan dengan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.  Ide-ide kehidupan manusia itu sesungguhnya sudah tertera di dalam Al-qur’an dan sunnah, baik secara aqli maupun naqli.
Islam meruakan sebuah ide Kehidupan yang lengkap yang memberikan pencerahan terhadap sseluruh pesoalan umat manusia, sehingga tidak ada satupun persoalan yang menyangkut kehidupan manusia yang idenya tidak ada di dalam islam.  Al-qur’an dan sunah telah menjelaskan semua persoalan yang berkait dengan aqidah, ibadah, keuangan, sosial kemasyarakatan, perang dan damai, perundang-undangan dan kehakiman, ilmu, pendidikan dan kebudayaan, hukum dan pemerintahan. Para ahli fiqh memformulasikan semua persoalan yang dibahas oleh islam menjadi persoalan aqidah, ibadah, akhlak, muamalah, dan uqubah “sanksi hukum”.

Arti penting dari sebuah dakwah adalah menyampaikan ide-ide yang dimana ide-ide berasal dari Al-qur’an dan sunah
Agama islam merupakan agama yang risalah sudah dimulai dari nabi-nabi terdahulu yang telah mencapai titik sempurnanya pada masa Nabi Muhammad SAW, dan terus disampaikan kesahabat-sahabatnya. Terjadi estafet penyampain ide disini. Dari seorang Nabi diteruskan oleh sahabat-sahabat nya.
Ternyata dalam memahami apa yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada sahabat-sahabat Nabi  tersebut dikalangan sahabat mempunyai tingkat penguasaan yang berbeda-beda. Tingkat pemahan yang tinggi dalam meneriam dan menjelaskan tentang syariat hukum Allah disebut sebagai seorang mufti. Orang yang pertama kali berada dalam posisi seorang mufti adalah Nabi Muhammad sendiri. Sejumlah sahabat terkemuka yang mengikuti jejak Nabi diantaranya, Umar bin al- khathtab, Ali bin Bi thalib, Abdullah bin Mas’ud, Aisyah (istri Nabi SAW), Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin umar. Karena orang-orang inilah yang memenuhi syarat sebagai seorang mufti sepeninggal Nabi Muhammad. Mereka-meraka inilah yang menjadi pengganti tempat bertanya atas permasalahan yang ada sepeninggal Nabi Muhammad SAW sehingga mereka yang paling sering mengeluarkan fatwa disbanding dengn sahabat-sahabat yang lainnya.
Pertanyaan pentingnya apakah hanya orang-orang yang  dikatakan sebagai seorang mufti sajakah yang boleh berdakwah??. Jawabannya tentu tidak. Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim, tanpa memandang status sosial apapun. Semua yang mengaku muslim pada detik yang sama turut mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan tugas ini. Dalam konteks ini turut bertanggung jawab untuk memahami ide-ide ini. Tegasnya seorang muslim yang kaffah adalah muslim yang sekaligus menjadi da’I yang didalam pikirannya ad aide-ide yang bisa dia sampaikan yang sesuai dengan ke ashlahannya. Baik mereka yang berstatus sebagai ulama hingga masyarakat biasapun. Sehingga ide-ide terus menjalar.

Sekarang kita berbicara ke dunia kampus yang didalamnya terdapat orang-orang muda yang terbuka terhadap semua aliran pemikiran, airan ide-ide dimana jika mereka sudah memahami ide yang disampaikan maka ide itu akan semakin kuat karena orang-orang yang mendapatkan gagasan itu merupakan manusia yang mempunyai intelektualitas yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat secara umum.

Friday, January 21, 2011

RIHLAH DI TANAHA JAWA

air terjun ini berada di dekat rumah akhi Amin wahyudi
rumah amin wahyudi ada di Tanah Jawa Kab. Simalungun,,, ada yang pernah ke air terjun ini


Ini kami semua sedang bergaya ria dengan style nya masing,,,
Ternyata keren2 ya...

Ukmi Rangers...
Pembela kebenaran...

Luar biasa Backgrundnya...

Kedudukan Shalat


(Dimuat oleh mingguan Ikhwanul Muslimin, Edisi XXI, 18 Jumadits Tsaniyah 1353 H.)
Engkau telah mengetahui bahwa Ikhwanul Muslimin mengenal Islam sebagai sarana paling mulia untuk membersihkan jiwa, memperbarui ruhani, dan menyucikan akhlaq. Dari cahayanyalah mereka mengambil prinsip untuk membangun aqidah. Anda pun sangat memahami bahwa kedudukan shalat dalam Islam bagaikan kedudukan kepala pada jasad. Shalat adalah pilar Islam yang kekal abadi. Ia juga penyejuk jiwa bagi yang menegakkannya, penenang hati, dan penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Ia adalah tangga yang mengantarkan ruh orang-orang yang hatinya sarat dengan mahabbah menuju ketinggian yang tiada batasnya. Dialah taman suci yang menghimpun berbagai unsur kebahagiaan, baik di alam ghaib maupun di alam nyata. Dialah kilatan cahaya bagi orang yang ingin menerangi jiwanya, dan dialah kelezatan bagi orang yang ingin menikmatinya. Apakah Anda menyaksikan orang yang begitu asyik dalam kekhusyukannya berhubungan dengan Tuhan, sebagaimana asyiknya orang yang tengah ruku’ dan sujud di tengah malam gulita dengan gelisah karena khawatir akan nasibnya di akhirat, dengan berharap-harap cemas akan rahmat-Nya? Di saat mata semua orang telah terpejam dan pikiran pun telah hanyut bersama tidur pulasnya, sebagian orang justru asyik berduaan dengan kekasihnya, sehingga sang arif bijak bestari pun bergumam:
Begadangnya mata ini Rabbi
jika bukan untuk wajah-Mu
adalah sia-sia
Dan isak tangisnya
jika bukan lantaran kehilangan diri-Mu ilahi
adalah kebatilan belaka
Wahai saudaraku, saat Anda berada dalam situasi demikian, itu lebih berarti bagi hati dan jiwamu daripada seribu kata nasihat, seribu paragraf kisah, dan sejuta forum ceramah. Cobalah, Anda pasti merasakannya. Al-Qur’an mengisyaratkan hal ini dalam ayatnya,
“Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah),” (Adz-Dzariyat: 16-18)
Sedangkan pahala mereka pun tersembunyi.
“Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (AS-Sajadah: 17)
Tidakkah amal mereka juga tersembunyi? Bukankah ‘bersembunyi’ di depan khalayak juga merupakan sesuatu yang mungkin terjadi? Dan mungkinkah suatu kenikmatan dirasakan oleh mereka yang tengah dimabuk cinta selain di saat bersembunyi juga? Adakah balasan kebajikan kecuali kebajikan juga? Banyak yang menceritakan bahwa Abul Qasim Al-Junaid mimpi meninggal dunia. Lalu ditanyakan kepadanya, ‘Apa yang Allah lakukan kepadamu?” Ia menjawab, “Sia-sialah segala bentuk amal, kata-kata, dan ilmu pengetahuan. Tiada yang memberi manfaat kepadaku kecuali beberapa rakaat yang saya tunaikan di tengah malam.”
Jangan heran, wahai pembaca yang budiman. Memang tiada yang memberi manfaat lebih baik bagi hati, selain kesunyian yang merasuki wilayah pemikiran. Tiada yang menyucikan jiwa lebih utama, selain beberapa rakaat yang ditunaikan secara khusyuk yang menghapus dosa, membasuh noda dan aib, menanamkan cahaya iman dalam kalbu, dan menenteramkan dada dengan sejuknya embun keyakinan.
Kaum muslimin di masa kini bermacam-macam dalam menyikapi shalat. Ada di antara mereka yang menyia-nyiakan dan meninggalkannya. Jika Anda mengingatkan sesuatu tentangnya atau mengajak mereka untuk melakukannya, mereka berpaling dengan congkak dan menganggapnya enteng, padahal di sisi Allah ia adalah sesuatu yang besar. Saya tidak ingin mengatakan bahwa sebagian mereka melarang dan merendahkan orang yang menunaikan shalat sembari mengatakan bahwa pekerjaan itu sudah ketinggalan zaman dan kuno. Engkau pasti mendengar dari mereka dan orang-orang semacamnya kata-kata yang menyakitkan hati dan aneh, seolah-olah mereka tidak mendengar ayat Allah,
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (Al-Ma’un: 4-5)
Anda pasti lebih heran ketika mengetahui bahwa sebagian orang yang bekerja di lahan dakwah dan duduk di lembaga pengadilan Islam ada yang mengabaikan urusan shalat dan menganggapnya remeh. Seakan-akan Nabi saw. belum pernah berkata bahwa shalat itu adalah tiang agama dari ia merupakan kewajiban yang harus ditegakkan oleh kaum muslimin. Mereka seolah-olah belum pernah mendengar sabda Nabi saw.,
“Tiada jarak antara seorang hamba dengan kekufuran kecuali meninggalkan shalat. Apabila meninggalkannya maka ia syiri Ibnu Majah dan Suyuthi menyebutnya sebagai shahih dalam mi’ush Shaghir)
Kami tidak merasa perlu berusaha meyakinkan mereka dengan penjelasan yang jelas, dan rinci. Cukuplah kami memohon kepada Allah agar memberikan hidayah dan taufiq-Nya kepadanya. Setelah itu kita berhadapan dengan dua kelompok yang lain dari kalangan kaum muslimin.
Adapun kalangan mayoritas, mereka menunaikan shalat secara refleks dan mekanis, sekadar menerima warisan dari para pendahulu mereka. Mereka melakukan kebiasaan itu sepanjang waktu tanpa mengetahui rahasia di baliknya dan tanpa merasakan dampaknya. Cukuplah bagi mereka dapat mengucapkan bacaan-bacaan shalat sembari melakukan gerakan-gerakannya, sesudah itu pergilah ia dengan perasaan puas bahwa mereka telah menunaikan kewajiban menegakkan shalat. Terhindarlah mereka dari azab dan berhaklah atas pahala.
Ini adalah khayalan yang tidak akan terwujud sama sekali, karena ucapan dan tindakan shalat itu hanyalah kerangka fisik yang jiwanya adalah kepahaman, pilarnya adalah kekhusyukan, dan buahnya adalah pengaruh riil. Dalam suatu riwayat hadits disebutkan, “Shalat itu ketenangan, ketawadhu’an, dan rintihan…” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i)
Oleh karenanya, Anda menyaksikan kebanyakan orang tidak dapat mengambil manfaat dari shalat mereka dan tidak dapat mencegah dirinya dari kemunkaran. Padahal, seandainya saja shalat itu disempurnakan, ia akan membuahkan kesucian jiwa dan kebersihan hati, serta menjauhkan pelakunya dari dosa dan kemunkaran.
Sedangkan kelompok kedua, jumlahnya sedikit, tetapi mereka memahami rahasia shalat dengan baik. Ia sungguh-Sungguh dalam menunaikan dan gigih dalam usaha menyempurnakannya. Ia shalat dengan penuh rasa khusyuk Penuh renungan, ketenangan, dan keluar dari dunia shalatnya dengan merasakan nikmat ibadah dan ketaatan, serta limpahan cahaya Allah yang tiada tara. Hal itu tampak pada mereka yang jiwanya telah sampai kepada ma’rifat kepada-Nya, Dalam sebuah hadits dikatakan,
“Barangsiapa mengerjakan shalat pada waktunya dengan menyempurnakan wudhunya, menyempurnakan ruku’ sujud dan khusyuknya, ia (shalatnya) melesat ke angkasa dengan warna putih Cemerlang sambil berkata, ‘Semoga Allah menjagamu sebagaimana engkau menjagaku.’ Dan barangsiapa mengerjakan shalat tidak pada waktunya serta tidak menyempurnakan Wudhunya, tidak menyempurnakan ruku’, sujud, dan khusyuknya, ia melesat ke angkasa dalam warna hitam pekat dan berkata, ‘Semoga Allah menyia-nyiakanmu sebagaimana engkau menyia-nyiakanku.’ Sehingga tatkala sampai di tempat yang Allah tentukan, ia dilipat sebagaimana kain lalu dipukulkan ke wajahnya (orang yang shalat).” (HR. Thabrani dalam AI-Ausath dari Anas HR. Tayalisi dan Baihaqi dalam Asy-Syu’ab dari Ubadah bin Shamit)
Oleh karenanya, derajat manusia itu beragam dan tingkat pahalanya pun berbeda-beda ‘ meskipun sama-sama menunaikan shalat yang bentuk, gerakan dan ucapannya satu. oleh karenanya, para salafush ’shalih juga sangat bersungguh-sungguh menghadirkan hati dalam shalat mereka dan menyempurnakan khusyuk dalam ibadahnya. Demikian itu pula sifat yang dinisbatkan kepada orang-orang beriman,
“Adalah orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (Al-Mukminun: 2)
Ikhwanul Muslimin mengetahui hal ini dan senantiasa berusaha berjalan bersamanya. salah satu fenomena operasional paling menonjol di kalangan mereka adalah bagaimana mereka memperbaiki shalatnya. Mereka beranggapan bahwa dengan itulah mereka melewati jalan yang paling pintas menuju pembaharuan jiwa dan penyucian ruhani.
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar ” (Al-Baqarah: 153)
Wahai saudaraku muslim, Anda paham sekarang, dan jadilah teladan ihsan dalam shalatmu, serta yakinlah bahwa langkah pertama sebelum segala aktivitas kita adalah memperbaiki shalat.

Ta’rif Akhlak


Akhlak adalah situasi hati yang mantap, yang muncul ke permukaan dari individu muslim dengan reflek tanpa dipertimbangkan. Apabila situasi hati itu menimbulkan amal perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal dan agama, ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang timbul darinya adalah amal perbuatan yang buruk, berarti situasi yang menjadi sumbernya adalah situasi hati atau akhlak yang buruk.
Di antara akhlak yang buruk tersebut adalah kesombongan (al-kibr).
Apakah kibr itu? Ia adalah perasaan yang cenderung memandang diri lebih dari orang lain dan meremehkannya. Kesombongan memerlukan adanya orang yang disombongi dan hal-hal yang dipergunakan untuk menyombongkan diri.
Meskipun demikian, seseorang yang menganggap dirinya besar tidak serta merta disebut sombong. Sebab ada kalanya seseorang meganggap dirinya besar akan tetapi ia memandang orang lain sejajar dengannya, atau bahkan lebih besar daripada dirinya. Demikian juga, seseorang yang menganggap orang lain rendah tidak serta merta pasti orang sombong, sebab bisa jadi ia memandang dirinya sejajar dengannya atau bahkan lebih rendah.
Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits yang mencela sikap sombong
* Kemudian Kami katakan kepada malaikat,”Bersujudlah kalian kepada Adam.” Mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk yang bersujud, Allah berfirman,”Apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada Adam ketika Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab, “Saya lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan  aku dari api, sedangkan ia Engkau ciptakan dari tanah.” Allah berfirman, “Turunlah kamu dari surga, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya.” Maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (Al-A’raf/7: 11-13)
* Aku akan memalingkan orang-orang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat-Ku, tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, maka tidak mau menempuhnya. Tetapi jika mereka melihat jalan keksesatan, mereka terus menempuhnya.Yang demikian itu karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami, dan mereka selalu melalaikannya. (Al-A’raf/7: 146)
* Dan Tuhanmu berfirman, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.” (Al-Mukmin/40: 60)

Rasulullah saw. bersabda,
لاَ يَدْخًلً اْلجَنَّةَ مَنْ كَانَ ِفيْ قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ . رواه مسلم
Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi kesombongan. (HR. Muslim)

Dari Abu Hurarirah ra., dari Nabi saw., Allah swt. berfirman, Kesombongan adalah kain selendang-Ku, kebesaran-Ku. Pada salah satu dari keduanya niscaya Aku akan menyiksamu di dalam neraka jahanam, dan Aku tidak mempedulikannya. (HR Muslim).

Nabi saw. bersabda, Orang-orang sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam bentuk semut yang diinjak-injak ummat manusia karena penghinaan mereka kepada Allah. (HR. Al-Bazzar).

Bahaya Takabbur
Dari ayat-ayat dan Hadits di atas dapatlah diketahui bahwa akibat dan bahaya takabbur banyak sekali. Betapa tidak, sedangkan Nabi saw telah menjelaskan bahwa orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walaupun kecil, tidak akan masuk surga. Hal ini karena sikap sombong menjadi tabir antara seorang hamba dengan akhlak orang yang beriman seluruhnya. Sedangkan akhlak tersebut merupakan pintu-pintu masuk surga. Dan kesombongan telah menutup pinut-pintu itu seluruhnya. Sebab oirang yang sombong tidak dapat mencintai orang beriman yang lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri, tidak dapat berlaku tawadhu’, padahal tawadhu’ merupakan pangkal akhlak orang beriman yang bertakwa. Ia tidak dapat terus-menerus menjaga kejujuran, tidak dapat meninggalkan rasa dendam, marah, dan dengki; tidak dapat memberi nasehat orang lain; selalu menghina orang dan menggunjingnya.
Sikap sombong inilah yang merupakan dosa pertama  iblis yang dipergunakan untuk durhaka kepada Allah. Akibatnya ia diusir dari jannah, kemudian timbul dendam kepada Adam a.s.
Seburuk-buruk kesombongan adalah kesombongan yang dapat menghalangi  pelakunya untuk mendapatkan manfaat ilmu dan mengahalangi pelakunya untuk menerima kebenaran dari orang lain dan tunduk kepada kebenaran Oleh karena itu  Rasulullah saw menjelaskan kesombongan dengan dua macam bahaya ini ketika beliau ditanya oleh Tsabit bin Qais. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, saya adalah orang yang suka keindahansebagaimana Engkau lihat. Apakah itu trmasuk sombong?” Nabi amenjawab, “Tidak. Akan tetapi kesombongsan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR Muslim).
Jadi setiap yang memandang dirinya lebih baik daripada orang lain dan menghinanya serta memandangnya dengan sinis, atau menolak kebenaran padahal ia mengetahuinya, maka ia telah sombong dan merebut hak-hak Allah.

Thursday, January 20, 2011

Problematika Mentoring di Dakwah Kampus


Di dalam aktivitas dakwah kampus, mentoring merupakan gerbang awal pembinaan keislaman. Karena posisinya yang cukup krusial tersebut, maka kualitas keberjalanan proses mentoring merupakan hal yang sangat penting. Dan dalam keberjalanannya itu terkadang timbul permasalahan-permasalahan yang membuat proses mentoring tersebut tidak efektif.
Berikut adalah beberapa problematika yang sering timbul yang dibagi dalam 3 aspek utama mentoring, yakni mentor, materi dan mentee (peserta mentoring). Pada bagian awal ini saya ingin membahas tentang mentor terlebih dahulu.
Mentor merupakan stakeholder utama dalam mentoring. Baik buruknya keberjalan mentoring sangat ditentukan oleh mentor. Sederhannya seperti ini, jika mentee (peserta mentoring) bermasalah sepeeti malas hadir, maka mentoring tetap akan jalan tetapi tanpa si mentee yang bersangkutan tersebut.
Tetapi jika yang bermasalah adalah mentornya, maka mentoring tersebut akan tidak jalan sama sekali. Itulah salah satu alasan kenapa mentor adalah stakeholder utama dalam kegiatan mentoring. Sebenarnya bukan karena hanya alasan itu saja yang membuat mentor merupakan "stakeholder utama" program mentoring di dalam dakwah kampus. Tetapi karena dialah yang berinteraksi langsung dan membina para mentee (peserta mentoring) tersebut.
Idealnya, seorang mentor bisa menjadi seorang sahabat, guru, sekaligus pemimpin. Sebagai seorang sahabat dia harus bisa menjadi tempat curhat, berdiskusi tentang permasalahannya, dan memiliki kedekatan emosional.
Sebagai seorang guru dia harus bisa memberikan pemahaman yang benar tentang islam, memberikan wawasan baru tentang islam, dan memberikan pemaknaan yang benar tentang kehidupan dunia. Sedangkan sebagai seorang pemimpin dia harus mengarahkan mentee-menteenya ke arah yang benar sesuai petunjuk Allah, memotivasinya untuk terus beramal sholeh dan membimbingnya untuk terus memperbaiki diri.
Jika ketiga peran ini telah dijalankan dengan baik oleh para mentor, insya Allah mentoring itu akan menjelma menjadi telaga kehidupan bagi mentee-menteenya.
Akan tetapi kenyataannya di lapangan hal ini belum terjadi seluruhnya. Baik seluruh mentor maupun seluruh peran dari mentor tersebut. Saya pikir permasalahan terbesarnya adalah para mentor belum memahami hakikat mentoring tersebut.
Beberapa contoh pobelmatika mentoring yang disebabkan oleh mentor adalah sebagai berikut. Pertama, ketidakberjalan mentoring yang disebakan oleh ketidakhadiran mentor. Kedua, adalah materi atau suasana mentoring yang kurang kondusif. Untuk permasalhan kedua akan lebih saya bahas di bagian selanjutnya tentang metode atau materi, karena hal ini sangat berkaitan erat.
Salah satu permasalahan terbesar mentoring adalah ketidakberjalan mentoring yang disebabkan oleh ketidakhadiran mentor. Seperti yang telah sampaikan sebelumnya, jika mentee ada yang tidak hadir maka mentoring tetap berjalan, tetapi jika mentornya tidak hadir maka mentoringnya tidak akan jalan, kecuali mentor tersebut mencari orang untuk menggantikannya tapi hal ini jarang terjadi.
Banyak sekali alasan para mentor yang menyebabkan dia hadir. pertama, karena kesibukan aktivitas organisasi baik oragnisasi dakwah maupun orgnisasi kemahasiswaan lain. Seharusnya hali ini tak perlu terjadi jika para mentor memahami pentingnya mentoring dan menempatkan mentoring di prioritas utama. Karena inti program kaderisasi di dakwah kampus adalam mentoring.
Kalau pun dia sedang jadi panitia acara dakwah kampus, tak perlu  dibentur-benturkan dengan mentoring. Seharusnya dia bisa mengatur waktunya supaya tidak berbenturan.
Kedua, karena mentor tersebut sedang malas atau futur. Hal ini sangat berbahaya dibandingkan alasan kedua. Biasanya mentor tersebut tidak mungkin akan mengatakan bahwa di malas, tapi biasanya mentor yang sedang malas atau futur, dia sangat sulit dihubungi dan banyak alasan yang tidak masuk akal.
Sebenarnya futur adalah sifat yang manusiawi, tetapi tidak boleh berlangsung lama. Sekalipun dia futur dan mulai kurang atau tidak aktif dalam kegiatan dakwah kampus, seharusnya dia tetap menjalankan tugasnya sebagai mentor. Tidak boleh dijadikan alasan dia jenuh aktivitas dakah kampus, tetapi mentoring nya menjadi korban kefuturannya juga.
Seharusnya dia beristriahat hanya di aktivitas lembaga dakwah formalnya saja dan mentoringnya tetap jalan, toh yang membuat jenuh bukanlah mentoringnya. Kalau dia futur dan tidak menjalankan mentoring, apalagi yang bisa menjaga dirinya untuk tetap istiqomah di jalan dakwah ini.
Karena dengan menjadi mentor secara tidak langsung mengingatkan dirinya sendiri. Untuk menjadi generasi robbani adalah adalah dakwah dan tarbiyah,
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya" (QS Ali Imran : 79)

Pandangan Syar’i Tentang Pertimbangan Perubahan


Syariat islam telah meletakkan kaidah dalam menilai apakah suatu aktifitas itu benar atau salah, hak atau bathil, halal atau haram. Al Qur’an dan sunnah telah meletakkan landasan penilaian tersebut . dan dalam aplikasinya jika tidak ada hukumnya dalam kedua rujukan pokok tersebut maka digunakan ijtihad ulama. Dan diantara ijtihad para ulama dalam menjelaskan kemungkinan perubahan dan perkembangan dalam dinamika hidup masyarakat, di buatlah seperangkat kaidah yang di gunakan sebagai pedoman melakukan pengambilan keputusan.
Dalam hal ini, Dr. Yusuf Qordowi memberikan beberapa kaidah untuk menghadapi pilihan-pilihan tersebut dalam konteks fiqh muazhonat, diantaranya adalah: kaidah pertama yang bisa di gunakan untuk berbagai kemaslahatan :
1.      Mendahulukan kepentingan yang sudah pasti atas kepentingan yang baru atau di ragukan
2.      Mendahulukan kepentingan yang besar atas kepentingan yang kecil
3.      Mendahulukan kepentingan jama’ah atas kepentingan golongan
4.      Mendahulukan kepentingan yang lebih banyak dari yang lebih sedikit
5.      Mendahulukan kepentingan yang berkesinambiungan atas kepentingan sementara Dan insidental
6.      Mendahulukan kepentingan inti dan fundamental atas kepentingan cabang atau yantg bersifat formalitas
7.      Mendahulukan kepentingan masa depan yang kuat  atas  kepentingan kekinian yang lemah

Levelisasi UKMI FAKULTAS


      UKMI FAKULTAS merupakan pelaksana program da’wah di tataran fakultas dalam rangka pengakaran aktifitas da’wah ke fakultas- jurusan, dalam hal menghimpun kader, mengangkat isu bersama, dan mengangkat isu regional kefakultasan baik dalam tingkatan fakultas maupun universitas yang fungsinya di dasarkan kepada levelisasi LDF. Struktur organisasi terdiri dari disesuaikan dengan levelisasi dari lembaga da’wah fakultas Tersebut. Yaitu:
    1. KHUSUS, artinya memiliki fokus agenda utama rekruetmen, pembentukan dan       penguatan kader inti yang mampu diposisikan pada level strategis. Serta menyampaikan isu bersama di tataran fakultas. Struktur kepengurusan terdiri dari: kordinator fakultas, sekertaris, bendahara, anggota.
    2. MADYA, artinya memiliki fokus agenda menambah jumlah kader  dan menjaga kontiniuitas jumlah tersebut mempersiapkan pola regenerasi sistem yang baik, melaksanakan agenda syiar di fakultas, sekaligus mulai membangun basi pendanaan bagi fakultas (amal da’wiy dan khidamiy). Strutur kepengurusan terdiri dari: ketua, sekertaris, bendahara, dibantu dengan departemen. RPK,  keputrian, dan syiar,
    3. MANDIRI, artinya memiliki fokus agenda yang sedah lebih komfleks (amal da’wiy dan khidamiy, ilmiy dan syiasiy) memiliki basis masa di seluruh jurusan yang ada. Melakukan program da’wah yang sinergis. Struktur kepengurusan terdiri dari: ketua, sekertaris, bendahara, dengan dibentu oleh departemen RPK, keputrian, syiar, humas, keilmuan dan ekonomi.

Yang membuat Nabi Sulaiman tertawa

Ini ada kisah tentang nabi sulaiman... menarik untuk dibaca... semoba bagi yang membaca mendapat hikmah Siapa yang tak tahu semut? Binatang ini kecil dan suka yang manis-manis. Tapi Allah mengangkat derajat mereka begitu tinggi sampai-sampai Allah menamakan salah satu surat dalam al-Qur'an dengan nama mereka: an-naml (semut). Ada kisah menarik antara semut dengan Nabi Sulaiman a.s. Alkisah, ketika Sulaiman dan tentaranya (terdiri dari manusia, jin dan burung) berjalan sampai di suatu lembah, sekumpulan semut khawatir terinjak oleh bala tentara Sulaiman. Berkatalah seekor semut kepada kawannya: "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman, dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari".(QS 27: 18) Nabi Sulaiman yang diberi kemampuan mendengar percakapan semut itu tersenyum dan tertawa karenanya. Tapi berbeda dengan kita yang menjadi sombong ketika orang-orang kecil minggir ketakutan melihat kita, Nabi Sulaiman segera berdo'a: "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua o
rang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." Tengoklah kisah di atas dengan teliti. Bahkan seorang Nabi seperti Sulaiman pun mampu mensyukuri ni'mat hanya karena sekumpulan semut. Sekarang tengoklah diri kita, berapa banyak sepatu yang kita punya, berapa banyak pakaian yang tersimpan di lemari, berapa kali sehari kita membuka internet, berapa banyak tabungan kita di Bank, betapa empuknya kursi di ruangan kita, dan masih banyak lagi ni'mat dari Allah disekeliling kita. Sudahkah kita mampu menjadikan benda-benda tersebut sebagai alat untuk membuat kita bersyukur pada ilahi? Lalu bagaimana caranya mensyukuri ni'mat tersebut? Gampang saja! Anda memiliki ruang tamu yang luas, undang tetangga anda dan buatlah pengajian di rumah anda seminggu sekali. Anda memiliki mobil, ajaklah rekan sekerja anda yang naik bis kota untuk pulang-pergi ke kantor bersama-sama, anda memiliki gaji yang berlipat ganda, berikan sedikit kelebihan harta anda pada fakir miskin di sekitar lingkungan anda. Anda memiliki waktu luang dan ilmu yang banyak, mengapa tak anda kumpulkan para remaja mesjid di tempat anda untuk anda ajarkan sedikit ilmu pengetahuan. Anda memiliki baju yang banyak, coba teliti mana baju yang benar-benar anda butuhkan,lalu sisanya berikan pada panti asuhan. Dengan cara begini, setiap ni'mat yang kita peroleh mampu kita syukuri. Ada sebuah do'a yang mirip dengan do'a Nabi Sulaiman di atas, mari kita tengadahkan tangan kita dan berdo'a : "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS 46:15) Armidale, 2 September 1997 ________________________________________ Nadirsyah Hosen adalah dosen Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

MARI KITA SIASATI HAL GHAIB

seiring munculnya hal-hal ghaib yang menjadi berita di televisi saya membaca sebuah tulisan. semoga tulisan ini bisa menjadi penambah ilmu bagi anda yang membaca. harapan saya kita tidak mudah menyimpulkan sesuatu karena pengaruh media massa saja. tetapi punya dasar yang kuat untuk memahami pristiwa yang ada Bisakah Hal-Hal Ghaib Diketahui oleh : Abu Farwah Definisi Beriman Kepada Ghaib • Secara Bahasa,Kata ghaib adalah bentuk masdar dari kata ghaa-ba, yang berarti setiap yang tidak dapat dicernah oleh panca indera, baik yang diketahui atau tidak. • Secara Istilah,Beriman kepada yang ghaib adalah percaya kepada segala sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera dan tidak bisa dicapai oleh akal biasa, akan tetapi hanya dapat diketahui berdasarkan wahyu (khabar) yang diterima oleh para nabi dan rasul. Dalam permasalahan ini ahlus sunnah wal jama’ah berkeyakinan bahwa beriman kepada yang ghaib adalah merupakan salah satu sifat dari orang-orang mukmin, sebagaimana firman Allah Ta’ala, artinya: “Alif laam miim. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. al-Baqarah: 1-3). Ada dua pendapat tentang makna iman di dalam ayat di atas: • Bahwasanya mereka mengimani segala yang ghaib yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera (dan akal), yaitu hal-hal yang telah diberitakan tentang Allah Ta’ala dan tentang Rasul-Nya. • Bahwasanya mereka beriman kepada Allah Ta’ala di waktu ghaib sebagaimana mereka beriman kepada-Nya di waktu hadir, dan ini berbeda dengan orang-orang munafik. Kedua makna di atas tidak bertentangan, bahkan keduanya harus ada pada diri seorang mukmin. Ibnu Jarir ath-Thabari berkata: Yang dimaksud dengan beriman kepada hal ghaib adalah segala bentuk pembenaran terhadap Allah, titab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya dan bentuk pembenarannya adalah dengan amal perbuatan. Berkata ar-Rabii’ bin Anas: Yang dimaksud adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, surga-Nya, neraka-Nya dan beriman terhadap kehidupan setelah mati. Berkata Ibnu Mas’ud: Termasuk di dalamnya adalah beriman tentang adanya dan keberadaan Jin. Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga berkeyakinan bahwasanya pengetahuan terhadap hal yang ghaib termasuk hal yang menjadi rahasia Allah Ta’ala dan termasuk sifat Allah Ta’ala yang paling khusus, yang tidak ada seorang makhluk-pun dapat menyamai-Nya, sebagaimana firman-Nya; Artinya, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mwengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelei daun-pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Makhfudz)” (QS. al-An’an: 59) Maka barangsiapa berkeyakinan bahwa dirinya atau orang lain boleh mengusai yang ghaib atau mengetahui hal yang ghaib berarti ia telah kufur, karena hal ini termasuk hal yang yang tidak pernah diberitakan oleh Allah Ta’ala kepada siapapun; tidak kepada para malaikat yang dekat dan tidak juga kepada para rasul yang diutus. Allah Ta’ala berfirman: قُل لاَّ يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ “Katakanlah! (Hai Muhammad) Tiada siapapun baik di langit maupun di bumi yang mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka dibangkitkan” (QS.An-Naml: 65) Dan firman-Nya; لاَ أَقُولُ لَكُمْ عِندِيْ خَزَآئِنُ اللهِ وَلاَ أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلاَ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ “Katakanlah! (Hai Muhammad): Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa perbendaharaan (rahasia) Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib, dan tidaklah aku mengatakan kepada kalian bahwa aku ini malaikat, aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku” (QS.Al-An’am:50) Adapun hal-hal yang ghaib yang dikhabarkan oleh para nabi dan rasul, sebagaimana Nabi kita Muhammad r menghabarkan kepada ummatnya tentang tanda-tanda hari kiamat, tentang adanya surga dan neraka, tentang adanya azab kubur dan nikmat kubur dan juga Rasulullah r pernah memegang leher jin Ifrit ketika beliau diganggu oleh Jin tersebut didalam shalatnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dan juga hal-hal yang ghaib lainnya, maka yang demikian tiada lain hanyalah sebagai salah satu tanda kenabian dan keistimewaan bagi beliau, dan hal ini hanyalah sebagai wahyu Ilahi, sebab beliau tidak bertutur kata melainkan berdasarkan bimbingan wahyu dari Allah Ta’ala. Pada intinya hal-hal ghaib yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala beritahukan kepada para nabi dan rasul merupakan kekhususan mereka dan tidak diberikan kepada selain mereka, hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam firmanNya, عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا إِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا “(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang hal ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”. (QS.Al-Jinn: 26-27) Namun sangat disayangkan banyak diantara kaum Muslimin yang masih percaya kepada cerita-cerita khurafat dan cerita-cerita syirik jahiliyah. Misalnya keyakinan bahwa ada diantara manusia yang dapat mengetahui hal yang ghaib apapun bentuk namanya. Kenyataan ini dapat didapati dari fenomena yang ada disekitar kita, apalagi dengan adanya sekian banyak bentuk tayangan media elektronik yang menggambarkan cerita-cerita demikian dan banyak digandrungi oleh banyak pemirsa justru memperparah dan seolah-olah telah melejitimasi bahwa yang demikian adalah benar padahal justru sebaliknya bahwa keyakinan-keyakian yang demikian adalah merupakan kekeliruan yang sangat berhaya terhadap aqidah dan keyakinan seseorang. Karena pada dasarnya yang mereka lakukan itu tiada lain hanyalah tipu daya Jin dan propaganda Syaithan menggiring kaum Muslimin agar jauh dari tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah, kemudian terjerumus ke lembah kesyirikan dan terkubur ke dalam lumpur kekufuran. Karena hal ini merupakan perbuatan menyekutukan Allah Ta’ala dengan selain-Nya dalam hal yang menjadi kekhususan Allah Ta’ala, yaitu mengetahui hal yang ghaib. Allah Ta’ala berfirman. إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَآءَ لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ “Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS.Al-A’raf:27) Berkata Ibnu Hajar al-Asqalani dalkam kitabnya Fathul Baari, “Sesunggunya syaithan bisa menampakkan diri dan melakukan penyerupaan yang bisa dilihat wujudnya, dan tidak dapat dilihat dalam bentuk aslinya.” (Lihat Fathul Baari, 9/55) Imam asy-Syafi’i mengatakan, “Barangsiapa yang mengaku bisa melihat jin maka syhadat(persaksiannya) tidak dapat diterima kecuali dia seorang Nabi.” (Fathul Baari, 4/489) Dengan demikian klaim seseorang bahwa dia mengetahui hal yang ghaib telah banyak merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat. Masyarakat telah banyak mengeluarkan banyak harta dan biaya demi mendapat ilmu ghaib –menurut sangkaan mereka- , dan terkadang dia menghabarkan beberapa hal, sebagiannya benar (secara kebetulan) dan sebagiannya bohong, bahkan sebagian besarnya adalah bohong. Sehingga terbaliklah tolok ukur kehidupannya, yaitu banyak orang mengatur hidup mereka berdasarkan saran-saran yang disampaikan oleh sang pendusta dukun dan sebangsanya yang mengaku mengetahui hal ghaib. Allah Ta’ala berfirman, قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَآءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ “Katakanlah! (Hai Muhammad): Aku tidak berkuasa mendatangkan manfa'at bagi diriku dan tidak (pula kuasa) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS.Al-‘Araf:188) Jika Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam saja tidak mengetahui hal yang ghaib selain yang diwahyukan kepadanya, bahkan dengan terus terang beliau menafikan yang demikian itu atas dirinya, maka bagaimana dengan orang-orang selain beliau?? Tentu mereka pasti tidak lebih tahu. Karena Rasulullah lebih berhak daripada mereka. Tergelincirnya banyak orang ke dalam kesalahan berbahaya ini, disebabkan oleh beberapa berita yang mereka lihat “benar”, yaitu berasal para dukun dan yang sebangsanya. Sehingga keyakinan mereka semakin kuat, dan selanjutnya mempercayai cerita-cerita mereka berikutnya. Dan sebagai tolok ukur, berikut ada beberapa prinsip dasar berkaitan dengan hal ghaib, di antaranya; • Hal ghaib adalah termasuk hal yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala, bahkan sebagian pemberitaan para nabi terhadap hal ini, hanyalah berdasarkan apa yang Allah Ta’ala telah beritakan kepada mereka dan bukan karena usaha mereka sendiri, tidak sebagaimana fenomena yang ada saat ini, banyak orang mengaku dengan bentuk nama apapun telah mengaku mengetahui yang ghaib. Ini tidak lain hanyalah sebuah kedustaan belaka. (Lihat QS. al-Jin: 26-27) • Seandainya mengetahui hal yang ghaib itu merupakan buah dari keimanan yang benar, tentunya orang yang paling berhak adalah Rasulullah. Padahal beliau telah mengingkari terhadap yang demikian. (Lihat QS. al-A’raf: 188) • Seandainya orang-orang yang mengaku mengetahui yang ghaib, tentu mereka akan dapat menghindarkan diri dari bencana, musibah dan kejahatan yang menimpa diri-diri mereka sendiri. • Mereka yang mengaku mengetahui yang ghaib, karena berhubungan dengan jin. وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ اْلإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا “Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari kalangan jin, maka jin-jin itupun menambahkan bagi mereka dosa dan kesalahan”. (QS. Al-Jin:6) Syekh Abdullah Al-Jibrin suatu ketika pernah ditanya; apakah benar ada orang-orang tertentu yang bisa langsung melihat bangsa jin apa yang mereka kehendaki dan kapan saja mereka mau? Dijawab oleh beliau: Manusia tidak ada yang mampu melihat bangsa Jin secara hakiki dalam rupanya yang asli, tetapi syaithan-syaithan itulah yang merasuki mereka para penyihir dan dukun, lalu berbicara lewat mereka dan melihat Jin dalam rupannya yang asli, ketika itulah orang tersebut mengabarkan bahwa mereka melihat bangsa Jin kapan datang dan perginya sedangkan orang-orang yang ada disekeliling mereka tidak melihat apapun, Mereka (para penyihir dan dukun) harus berkhidmat kepada Jin & Syaithan sehingga mampu menampakkan diri kepada mereka yang tidak bisa dilihat oleh selain mereka. • Kebanyakan orang yang mengaku mengetahui hal ghaib bukanlah orang baik-baik dan bertakwa. Bahkan ada diantara mereka yang fajir (penjahat) dan zindiq (kufur). Mereka banyak berkubang dalam banyak perbuatan yang diharamkan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kabar-kabar tentang sebagian hal ghaib kadang bersumber dari orang yang tidak shalih, bahkan non muslim. Bagaimana mungkin mereka ini bisa menjadi wali-wali Allah melainkan hanya kedustaan belaka?? وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوْحِىَ إِلَىَّ وَلَمْ يُوحَى إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَن قَالَ سَأُنزِلُ مِثْلَ مَآ أَنزَلَ اللهُ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلاَئِكَةُ بَاسِطُوا أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنتُمْ عَنْ ءَايَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ “Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:"Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:"Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalan tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :"Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya”. (QS.Al-An’am:93) Dan juga firman Allah dalam surat yang sama, فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan". Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (QS. Al-An’am:144) Hukum Mempercayainya Berkaitan dengan permasalahan ini Rasululllah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan peringatan dan ancaman dalam banyak hadits-hadits beliau, di antaranya; Beliau bersabda: ليس منا من تطير أو تطير له أو تكهن له أو سحر أو سحر له ومن أتى كاهنا فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد صلى الله عليه وسلم “Bukan dari golongan kami, orang yang menentukan nasib sial dan keberuntungan berdasarkan tanda-tanda benda, burung (dan lain-lainnya), atau yang bertanya kepada dukun dan yang mendukuninya, atau yang meenyihir dan meminta sihir untuknya, dan barangsiapa yang mendatangi kâhin (dukun dan sejenisnya) lalu membenarkan apa yang diucapkannya maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad r (murtad dari Islam)” (HR.Al-Bazzâr dengan sanad yang bagus). لاَ تَلِجُوْا عَلىَ اْلمُغِيْبَاتِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِيْ مِنْ أَحَدِكُمْ مَجْرَى الدَّمِ “Janganlah kalian menemui wanita-wanita yang suami-suami mereka tidak ada sisi mereka, karena sesungguhnya syaithan itu mengalir dalam diri seseorang diantara kalian pada aliran darahnya” (HR.Tirmizi). Di dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mendatangi ‘arraaf (tukang tenung/peramal) dan menanyakan sesuatu kepadanya maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari.” (HR. Muslim). Dalam riwayat Abu Dawud diceritakan bahwa Abu Hurairah pernah meriwayatkan dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun) dan membenarkan apa yang ia katakana , sungguh ia telah kafur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Abu Dawud). Dalam redaksi yang lain beliau bersabda: “Barangsiapa mendatangi ‘arraaf (peramal) atau kahin (dukun) dan membenarkan apa yang ia katakana, sungguh ia telah kafur terhadap apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad.” (HR. Sunan Empat, dan dishahihkan oleh al-Hakim). Dari hadits-hadits yang mulia ini, menunjukkan larangan mendatang kahin (dukun), ‘arraaf (peramal) atau sebangsanya dalam bentuk apapun, larangan bertanya kepada mereka tentang hal-hal yang ghaib, larangan mempercayai dan membenarkan apa yang mereka katakana, serta ancaman bagi mereka yang melakukannya. Ini semua karena mengandung kemungkaran dan bahaya yang sangat besar, dan berakibat negatif yang sangat besar pula, disebabkan mereka telah melakukan kedustaan dan dosa. Hadits-hadits Rasulullah di atas juga telah membuktikan tentang kekufuran mereka, karena mereka mengaku mengetahui hal yang ghaib, dan mereka tidak akan sampai kepada maksud yang mereka inginkan melainkan dengan cara berbakti, tunduk, taat dan menyembah jin-jin, dan ini merupakan perbuatan kufur dan syirik kepada Allah Ta’ala. Sedangkan orang yang membenarkan mereka atas pengakuannya mengetahui hal-hal yang ghaib dan meyakininya, maka hukumnya sama seperti mereka. Dan setiap orang yang menerima hal ini dari orang yang melakukannya, sesungguhnya Rasulullah telah berlepas diri dari mereka. Hukum Orang Yang Mengaku Mengetahui Hal Ghaib Orang yang mengaku mengetahui hal ghaib maka dia telah kufur berdasarkan al-Qur’an maupun as-Sunnah. Sebab ia telah mendustakan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman: Artinya, “Katakanlah, “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui hal ghaib, kecuali Allah Ta’ala.” Dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS. an-Naml: 65) Apabila Allah Ta’ala telah menyuruh Nabinya, Muhammad untuk memberitahukan kepada ummatnya, bahwa tidak ada seorangpun di langit dan diu bumi yang mengetahui hal ghaib, kecuali Allah Ta’ala; maka orang yang mengaku mengetahuinya , berarti ia telah mendustakan Allah Ta’al. Karena bagaimana mungkin mereka mengetahui yang ghaib, sementara Nabi tidak mengetahuinya, apakah mereka lebih mulia..??? Allah Ta’ala berfirman, عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا إِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا “(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang hal ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”. (QS.Al-Jinn: 26-27) Inilah ayat kedua yang menyatakan kekufuran mereka yang mengaku mengetahui hal ghaib. Padahal Allah Ta’ala telah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengumumkan kepada ummatnya dengan firman-Nya: لاَ أَقُولُ لَكُمْ عِندِيْ خَزَآئِنُ اللهِ وَلاَ أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلاَ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ “Katakanlah! (Hai Muhammad): Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa perbendaharaan (rahasia) Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib, dan tidaklah aku mengatakan kepada kalian bahwa aku ini malaikat, aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku” (QS.Al-An’am:50) Diriwayatkan dari Jundab secara bersambung, Rasulullah bersabda: “Hukuman bagi tukang sihir ialah dipenggal lehernya dengan pedang.” (HR. ath-Thurmudzi) Dan dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan dari Bajalah bin ‘Abdah, ia berkata: “Umar bin Khaththab telah menetapkan perintah, yaitu bunuhlah tukang sihir laki-laki maupun perempuan.”. Selanjutnnya Bajalah mengatakan:“Maka kamipun melaksanakan hukuman mati terhadap tiga tukang sihir perempuan.” (HR. al-Bukhari) Dan diriwayatkan dalam hadits shahih bahwa Hafshah telah memerintahkan agar seorang budak perempuan miliknya yang telah menyihirnya dihukum mati, maka dilaksanakanlah hukuman tersebut terhadap budak perempuan itu. Demikian pula diriwayatkan dari Jundab. Imam Ahmad mengatakan, bahwa hukuman mati terhadap tukang sihir telah dilakukan oleh tiga orang shahabat Nabi, yaitu Umar, Hafshah, dan Jundab sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits shahih. Maka seorang tukang sihir dikatakan telah kufur karena dia telah menggunakan jin dalam setiap aktifitasnya dan dia mengaku mengetahui hal-hal ghaib. Dengan demikian siapapun yang berani mengaku mengetahui hal ghaib dan menggunakan jin dalam setiap aktifitasnya, maka hukumnya sama apapun bentuk namanya.

Wednesday, January 19, 2011

Kuda Sulaiman

oleh :Nadirsyah Hosen: Masih ingat peristiwa Nabi Sulaiman dengan sekawanan semut? Dalam peristiwa itu Nabi Sulaiman memanjatkan syukur atas kelebihan yang diberikan kepadanya. Dari seekor semut, Nabi Sulaiman mampu mengambil pelajaran untuk bersyukur kepada Allah. Kali ini Nabi Sulaiman alaihis salam diuji Allah dengan sebuah kuda. Nabi Sulaiman terpesona dengan kuda-kuda yang tenang di saat sedang berhenti dan sangat cepat kalau sedang berlari. Saking terpesonanya melihat kuda-kuda tersebut, tanpa sadar matahari mulai beranjak meninggalkan siang. Habislah waktu shalat Ashr. Nabi Sulaiman perlahan menyadari bahwa kuda-kuda itu telah menyebabkan dia lalai dari mengingat Allah. Setelah beliau sadar akan kesalahannya. Beliau meminta kuda-kuda itu didatangkan kepadanya dan beliau potong kaki dan leher kuda itu. (QS 38: 31-33) Banyak penafsiran mengenai kisah ini. Bagi saya, kisah ini memberi kita pelajaran bahwa tak henti-hentinya Allah menguji kita. Kali pertama, mungkin kita diuji dengan kemiskinan; pada kali berikutnya kita diuji dengan kekayaan. Pada satu saat kita diuji dengan sebuah penyakit; di lain kejap kita dicoba dengan kesehatan yang kita miliki. Semut yang melintas didepan kita, sekawanan kuda yang berlari dengan cepat, mobil yang kita miliki (setelah menabung bertahun-tahun), anak yang dititipi Tuhan kepada kita, jabatan yang diamanahkan kepada kita, semuanya merupakan ujian dari Allah. Pelajaran yang kedua yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah ketika Nabi Sulaiman memotong leher dan kaki kuda. Bagi saya, ini bisa kita tafsirkan secara simbolik. Mari kita hilangkan segala sesuatu yang bisa membawa kita ke jalan yang tidak benar atau lalai dari mengingat Allah. Dalam usul al-fiqh ini disebut sadd adz-dzari'ah. Artinya, menutup pintu yang bisa membawa kita jatuh ke dalam perbuatan yang tercela. Sayangnya, alih-alih menutup pintu itu, kita malah membukanya lebar-lebar. Kita bukannya mencontoh perilaku Nabi Sulaiman yang segera sadar akan kelalaiannya, malah seringkali kita semakin "keasyikan" dengan perbuatan maksiat itu. Ketika orang-orang kecil sedang kelaparan, kita makin asyik dengan korupsi dan kolusi yang kita lakukan. Ketika orang menuntut pemerintahan yang bersih, kita malah keasyikan dengan nepotisme. Ketika rakyat semakin menjerit dengan melambungnya harga-harga, kita naikkan lagi harga BBM dan listrik. Sayang, kita tidak mau belajar dari kisah Nabi Sulaiman... Armidale, 6 Mei 1998. ________________________________________ Nadirsyah Hosen adalah dosen Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

SEBAGAI PENEGAK HUKUM

Penegak hukum (law enforcement) dalam arti luas mencakup kegiatan untuk melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum,baik melalui prosedur peradilan ataupun melalui prosedur arbitrase dan mekanisme penyelesaian sengketa lainya (alternative desputes or conflict resolution).Bahkan ,dalam pengertian yang lebih luas lagi,kegiatan penegakan hukum mencakup pula segala aktifitas yang dimaksudkan agar hukum sebagai perangkat kaedah normative yang mengatur dan mengikat para subjek hokum dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara benar-benar Ditaati dan sungguh-sungguh dijalankan sebagaimana mestinya.Dalam arti sempit,penegakkan hukum Itu menyangkut kegiatan penindakan terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan ,khususnya yang lebih sempit lagi melalui proses peradilan pidana yang melibatkab peran aparat kepolisian,kejaksaan,advokat,atau pengacara,badan-badan peradilan. Karena itu,dalam arti sempit ,actor-aktor utama yang peranannya sangat menonjol dalam proses penegakan hukum itu adalah plisi,jaksa,pengacara,dan hakim.Para penegak hukum ini dapat dilihat; * pertama-tama sebagai orang atau unsure manusia dengan kualitas , kualifikasi,dan kultur kerjanya masing-masing,Dalam pengetian demikian persoalan penegakan hukum tergantung aktor.pelaku,pejabat,atau aparat penegak hukum itu sendiri. *kedua,penegak hukum dapat pula dilihat sebagai institusi,badan atau organisasi dengan kualitas birokrasinya sendiri-sendiri.Dalam kaitan itu kita melihat penegakan hukum dari kacamata kelembagaan yang pada kenyataaannya,belum terinstitusionalisasikan secara rasipnal dan impersonal (institutionalized). Namun,kedua prespektif tersebut perlu dipahami secara komprehensif dengaan melihat pula keterkaitannya satu sama lain serta keterkaitannya dengan berbagai faktor dan elemen yang terkait dengan

Tuesday, January 11, 2011

Persyaratan Lomba



A.    Syarat-syarat perlombaan:
1.      Azan   :
a.     Kategori  :
I.         Pelajar SD
II.       Pelajar SMP dan SMA                    
b.     Syarat       :
·         Peserta khusus laki-laki
·         Mengisi formulir pendaftaran
·         Menyerahkan pas foto ukuran 3 x 4 : 1 lembar
·         Membayar uang pendaftaran     Rp. 5.000,00
c.     Tempat    :
d.     Hari/ tanggal : Jumat, 18 Februari 2011
e.     Hadiah     :
*Kategori I & II                                                                
Juara I      : Rp. 150.000,00 + Tropi + Sertifikat            
Juara II     :Rp. 100.000,00          + Tropi + Sertifikat                            
Juara III     :Rp.   75.000,00          + Tropi + Sertifikat                            

2.      Lomba Mewarnai    :
a.     Syarat :
·         Peserta khusus anak-anak usia 4-7 tahun
·         Gambar disediakan oleh panitia : mesjid dan pelataran
·         Membawa alat untuk mewarnai sendiri
·         Mengisi formulir pendaftaran
·         Menyerahkan pas foto ukuran 3 x 4 : 1 lembar
·         Membayar uang pendaftaran Rp. 5.000,00
b.     Tempat    :
c.     Hari/ tanggal : sabtu , 18 Februari 2011
d.     Hadiah     :                                                          
Juara I      : 150.000 + Tropi + Sertifikat                                                
Juara II     :100.000 + Tropi + Sertifikat                                     
Juara III     :75.000            + Tropi + Sertifikat                           
3.       Lomba Siroh / Kisah Nabi
a.     Syarat:
·         Peserta khusus anak-anak usia 5-12 tahun
·         Menceritakan sebuah siroh/ kisah nabi pilihan pada saat perlombaan
·         Durasi maksimal 15 menit
·         Mengisi formulir pendaftaran
·         Menyerahkan pas foto ukuran 3 x 4 : 1 lembar
·         Membayar uang pendaftaran Rp. 5.000,00
b.     Tempat    :
c.     Hari/ tanggal : Jumat, 18 Februari 2011
d.     Hadiah     :                                                                      
Juara I      : 150.000 + Tropi + Sertifikat                                                
Juara II     :100.000 + Tropi + Sertifikat                                     
Juara III     :75.000            + Tropi + Sertifikat                            

4.      Festival Lagu Islami  :
a.     Syarat       : 
·         Peserta khusus laki-laki
·         Usia 15-25 tahun
·         Peserta maksimal 6 orang / grup
·         Mengisi formulir pendaftaran
·         Menyerahkan fotokopi KTS/KTM/KTP : 1 lembar
·         Menyerahkan foto 1 grup
·         Membawa peralatan musik sendiri
·         Diperbolehkan menggunakan : Gitar klasik, alat perkusi : gendang, tabla, tamborin, dll.
·         Membawakan 1 lagu wajib dan 1 lagu pilihan
o        Lagu wajib          :
Rasulullah                                    (Hijjaz)
Mendambamu               (Opick)
Cinta Seorang Kekasih (Maidani)
o        Lagu Pilihan         :
Rapuh                              (Opick)                       Syurga-Mu     (Ungu)
Jagalah hati                                (Snada)                      Intifada                      (Rabbani)
Unik                                   (Maidani)       Tobat Maksiat           (Wali)
Dengan Nafas-Mu                     (Ungu)                       
     
·         Peserta harus menyerahkan teks lagu wajib dan lagu pilihan kepada panitia
·         Durasi waktu maksimal 20 menit
·         Membayar uang pendaftaran Rp. 30.000,00
b.     Tempat    :
c.     Hari/ tanggal : Jumat, 18 Februari 2011
d.     Hadiah     :
Juara I      : 300.000 + Tropi + Sertifikat                                    
Juara II     :250.000 + Tropi + Sertifikat                                     
Juara III     :200.000 + Tropi + Sertifikat
5.      Perlombaan MTQ
a.     Sasaran peserta : Pelajar usia 12-17 tahun
b.     Mahasiswa.
c.     Surah : bebas, masyarakat mudah dalam perlombaan
d.     Mengisi formulir pendaftaran
e.     Menyerahkan fotokopi KTM/KTP : 1 lembar
f.        Menyerahkan foto 3x4 1 lembar
g.     Peserta memakai busana muslim
h.      Kontribusi 10.000
i.         Tempat:   Ikhwa : Auditorium             Akhwat : di ruang Baca Mesjid (dibicarakan lagi)
j.         Hadiah :
Juara 1 : Rp.        + Tropi + Sertifikat
Juara 2 :Rp.                     + Tropi + Sertifikat
Juara 3 :Rp.                     + Tropi + Sertifikat
6.      Fahmil qur’an: Mahasiswa
a.      1 grup : 3 orang
Ikhwa : lain                                                          Final : 3 kelompok
Akhwat : lain                                                      3 kelompok              
Gelanggang h.anif
Alat: tombol games
Kontribusi : 20.000
Hadiah:
Juara 1 : Rp.        + Tropi + Sertifikat
Juara 2 :Rp.         + Tropi + Sertifikat
Juara 3 :Rp.                     + Tropi + Sertifikat    
7.      Cipta puisi
Syarat :
·         Kategori :       1. Peserta usia 13-17
2. Peserta usia 18-ke atas
·         Tema :            Kurindu Rasulku
·         Mengisi formulir pendaftaran
·         Menyerahkan pas foto ukuran 3 x 4 : 1 lembar
·         Membayar uang pendaftaran Rp. 10.000,00
Hadiah:
·         Juara 1 : Rp. 175.000,00 + Tropi + Sertifikat
·         Juara 2 : Rp. 150.000,00 + Tropi + Sertifikat
·         Juara 3 : Rp. 125.000,00 + Tropi + Sertifikat
8.      Kreatifitas Video
·         Peserta : usia 17 – 25 tahun
·         Durasi maksimal 15 menit
·         Tema :            1. Muslimah sejati
2. Save Palestine
·         Menggunakan aplikasi pengeditan video seperti : movie maker, dll
·         Mengisi formulir pendaftaran
·         Menyerahkan pas foto ukuran 3 x 4 : 1 lembar
·         Membayar uang pendaftaran Rp. 10.000,00
Hadiah:
·         Juara 1 : Rp. 175.000,00 + Tropi + Sertifikat
·         Juara 2 : Rp. 150.000,00 + Tropi + Sertifikat
·         Juara 3 : Rp. 125.000,00+ Tropi + Sertifikat
Penyerahan Puisi dan Kreativitas Video terakhir tanggal 17 Februari 2011 (Saat Technical Meeting)
B.      Technical Meeting :
Tanggal: Kamis, 17 Februari 2011
Pukul : 16.30 WIB
Tempat : Aula mesjid                                  

Total Pageviews