PENDIDIKAN

Pemikiran Hamka tentang pendidikan secara garis besar terbagi menjadi 5 bagian,
yaitu :
1. Urgensi Pendidikan
Hakekat pendidikan menurut Hamka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
pertama, pendidikan jasmani, yaitu pendidikan untuk pertumbuhan dan
kesempurnaan jasmani serta kekuatan jiwa dan akal. Kedua, pendidikan ruhani,
yaitu pendidikan untuk kesempurnaan fitrah manusia dalam ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang didasarkan kepada agama. Kedua unsur jasmani dan ruhani
tersebut memiliki kecenderungan untuk berkembang, dan untuk menumbuh
kembangkan keduanya adalah melalui pendidikan karena pendidikan merupakan
sarana yang paling tepat dalam menentukan perkembangan secara optimal kedua
unsur tersebut.
2. Pengertian dan Tujuan Pendidikan
Hamka membedakan makna antara pendidikan dan pengajaran.
Menurutnya pendidikan adalah serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk
membantu mendidik watak, budi, akhlak dan kepribadian peserta didik. Sementara
pengajaran adalah upaya untuk mengisi intelektual peserta didik dengan sejumlah
ilmu pengetahuan. Perbedaan kedua pengertian tersebut sebetulnya hanya pada
maknanya saja, namun secara esensi ia tidak membedakannya. Kedua kata
tersebut memuat makna yang integral dan saling melengkapi dalam rangka
mencapai tujuan yang sama. Sebab, setiap proses pendidikan, di dalamnya
terdapat proses pengajaran. Tujuan dan misi pendidikan akan tercapai melalui
proses pengajaran. Demikian pula sebaliknya, proses pengajaran tidak akan
banyak berarti apabila tidak dibarengi dengan proses pendidikan.
Adapun tujuan pendidikan menurut Hamka memiliki dua dimensi; bahagia
di dunia dan di akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut manusia harus
menjalankan tugasnya dengan baik yaitu beribadah. Oleh karena itu segala proses
pendidikan pada akhirnya bertujuan agar dapat menuju dan menjadikan anak didik
sebagai abdi Allah yang baik.
3. Materi Pendidikan
Materi pendidikan dalam pandangan Hamka pada dasarnya berkisar antara
ilmu,amal dan akhlak, serta keadilan. Ketiga ilmu tersebut sangat mendasari
dalam proses pendidikan.
Ilmu (menurut Hamka) ada dua macam, yaitu ilmu yang bersumber dari
wahyu yang mutlak kebenarannya dan ilmu yang bersumber dari akal manusia
4
yang relatif kebenarannya. Ilmu harus didasari dengan iman, sebab apabila orang
yang berilmu tanpa didasari iman maka ilmunya dapat membahayakan dirinya dan
orang lain.
Amal dan akhlak (dalam pandangan Hamka), ternyata bahwa ilmu tidaklah
cukup hanya dibarengi dengan iman, namun harus pula dibarengi dengan amal,
kerja atau usaha. Baginya, ilmu yang tidak diikuti dengan amal perbuatan tidak
berguna bagi kehidupan. Ilmu yang baik akan membekas ke luar diri individu dan
orang lain. Ilmu pengetahiuan harus diamalkan dan agama Islam adalah agama
ilmu sekaligus amal.
Keadilan (dalam pandangan Hamka) berarti tegak di tengah, Dan secara
lebih lengkap Hamka menjelaskan keadilan sebagai pertahanan yang memikat hati
dan menyebabkan orang takluk dan patuh dengan segala kerendahan hati. Dalam
konsep keadilan ini harus terkandung unsur persamaan, kemerdekaan dan
kepemilikan.
4. Prinsip Pendidikan
Pendidikan menurut Hamka harus memiliki prinsip tauhid. Pendidikan
dengan tauhid sebagai prinsip utama akan memberi nilai tambah bagi manusia dan
menumbuhkan kepercayaan pada dirinya serta mempunyai pegangan hidup yang
benar.
5. Kurikulum Pendidikan
Dalam nuatan kurikulum pendidikan, menurut Hamka, harus mencakup
seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan menjadi dasar bagi kemajuan dan
kejayaan hidup manusia.
Kesimpulan
Dari wacana di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Hakekat pendidikan bagi Hamka bertujuan untuk membentuk kepribadian
manusia yang luhur
Pendidikan dan penagajaran sangatlah berbeda secara makna. Pendidikan
mengarah kepada pengembangan values (nilai-nilai) sedangkan pengajaran hanya
pada aspek transfer of knowledge.
Untuk dapat mewujudkan itu semua diperlukan wahana yakni dengan
diwujudkan lewat pendidikan berasrama.

Total Pageviews