Tuesday, October 12, 2010

Mencari Si kambing Hitam

Liburan kali ini sepertinya akan banyak kuhabiskan di tempat asalku.. Pasalnya sudah 2 bln lbh aku tidak pulang. Pergi ke stasiun rencana untuk membeli karcis sambil memikirkan kegiatan apa nantinya yang akan kulakukan selama libur.







 Setelah cukup lama mengantri, akhirnya kudapat karcis yang bertanda aku duduk  digerbong 5 dari kereta api yang akan kunaiki. Selama perjalanan ternyata disebelahku ada 2 orang laki- laki setengah baya dan didepannya 3 orang wanita chinese. Terdengar perbincangan yang cuku akrab diantara mereka. Mulai dari kenalan dan bercerita sedikt tentang pribadi mereka masing-masing hingga masalah - masalah yang sering muncul dalam kehidupan sehari- hari mereka. Di sela perbincangan mereka ada seorang anak kecil yang menangis sambil mendekati salah seorang laki- laki setengah baya tersebut. Yang ternyata anak itu anaknya. Dia mengadukan ke ayahnya bahwa kepala sakit karena terantuk besi kursi penumpang. Sebenarnya tidak terlalu keras dan memang itu salah anaknya sendiri yang memang terlihat dari tadi begitu liar didalam gerbong tersebut. 
Si ayah mencoba menghibur anak itu sambil menanyakan apa yang terjadi. Langsung saja ibunya yang berada posisi duduk dibalik sang ayah menceritakan kejadian sama seperti yang tertulis sebelumnya. Lalu lelaki itu kembali menghibur anak sambil berkata pada anaknya " dimana tadi nak terantukny?" anak itu menjawab " disitu yah". Sambil menunjuk ke arah bangku besi tersebut. Lalu ayahnya mendekati bangku tersebut dan menyuruh anaknya untuk memukul bangku tersebut. Seolah- olah ayahnya menyalahkan bangku itu atas peristiwa tersebut. Lalu sianak diam dan kembali duduk didekat ibunya.
   Ada yang membuat hatiku tersadar dalam peristiwa ini. Ternyata hal itu sepertinya telah menjadi budaya pendidikan yang diajarkan orangtua kita dulu kepada kita. Dari kejadian diatas orang tua itu telah mengajarkan kepada anaknya bagaimana mencari "kambing hitam" atas kesalahan yang dilakukan anak itu sendiri walaupun dengan maksud yang baik. Namun yang menjadi catatan saya, ternyata hal ini sudah menjadi budaya dimasyarakat kita sehingga tak ayal dipemerintahan negri inipun sering terjadi hal serupa yaitu mencari "kambing hitam". Sekarang sedang hangat-hangatnya dibahas kasus elpigi yang sering meledak dikalangan rumah tangga. Program pemerintah yang berusaha mengalihkan penggunaan minyak tanah menjadi gas ternyata memakan korban yang sekarang sudah mencapai ratusan. Ketika ditanya siapa yang bertanggungjawab dalam hal ini masing- masing lempar tanggungjawab. Pemerintah ketika ditanya mengenai ini , hanya menjawab" pihak kami hanya menyiapkan hal yang berkaitan dengan penyaluran, bukan pembuatan tabung gas." lalu ketika PT. Pertamina ditanyakan malah menjawab " pertamina hanya bertugas dalam pengisian gas bukan dalam produksi tabung". 
Jawaban tidak ada yang menjawab secara pasti atas pertanggungjawabannya. Seolah mereka tidak ingin dinyatakan salah karena tentunya akan merusak profesionalitas masing- masing. Akan budaya bangsa seperti ini yang akan terus kita warisi. Saya berharap tidak. Bahkan saya berharap budaya bertanggungjawab akan selalu kita junjung tinggi terutama bagi kita yang merasa sebagai generasi penerus tersebut. Kalau memang salah akuilah kesalahan kita. Karena itu menunjukkan karakter bangsa yang besar. Bukan karakter bangsa yang pengecut.

No comments:

Total Pageviews