Tuesday, December 21, 2010

Hikmah Magnet


Andai ada sebatang logam digesekkan dengan magnet dalam jangka waktu tertentu dan arah gesekannya selalu ke satu arah, maka logam tadi lama kelamaan akan bersifat magnet juga. Inilah yang disebut peristiwa induksi magnet. Diamana sebuah magnet mampu mempengaruhi sebatang logam yang awalnya bukan bersifat magnet berubah sifatnya menjadi magnet.

Mengapa ini terjadi? Kalau kita gunakan konsep fisika, awalnya molekul-molekul yang ada didalam batang logam arahnya tidak teratur atau susunan partikelnya mempunyai spin/arah yang berbeda-beda atau bahakan acak. Nah, kita menggosok-gosokkan magnet tadi dalam jangka waktu tertentu dan arah gesekannya selalu kessatu arah maka lama-kelamaan logam tadi pertikel-partikel kecilnya akan tersusun teratur dan spin/arah molekulnya menuju kesatu arah. Sehingga muncullah sifat magnet pada logam.

Ikhwa/akhwatfillah, dari peristiwa induksi ini kita sebenarnya bias mengmbil hikmah. Bahwa untuk memberikan pengaruh kepada sesuatu kita memerlukan proses dan dalam prose situ memerlukan waktu, yang pada inti diperlukan kesabaran seseorang dalam prose situ.

Dakwah juga seperti itu. Kita kita sudah yakin bahwa kita ingin  menularkan kebaikan-kebaikan yang kita miliki kepada orang lain kita membutuhkan suatu proses. Sehingga objek yang kita induksi tertularkan energi kebaikan itu.
Gesekkan kesatu arah menunjukkan bahwa kita magnet tadi ingin memrubah susunan partikel logam tadi sehingga susunan spin/arahnya teratur selanjutnya akan bersifat magnet. Dakwah sesungguhnya seperti itu kita ingin segala unsure yang ada pada objek dakwah kita bias kita luruskan arahnya, sehingga semua yang ada pada tubuhnya terinduksi nilai-nilai dakwah kita tadi.

Ternyata dari peristiwa itu yang terpenting adalah adanya sentuhan antara magnet dengan batang logam. Berarti harus ada sentuhan antara da’I dengan objek dakwahnya. Jika tidak ada sentuhan maka mustahil akan memberikan pengaruh. Jadi kalau ada orang yang mengatakan “aku kan seperti ini karena memang tidak mendapat hidayah dari Allah”.
Ini tentunya pandangan yang salah tentang hidayah yang datingnya dari Allah. Sesungguhnya sseseorang itu berubah kejalan yang baik karena ada yang menyentuhnya, kalau tidak hidayah itu tidak akan datang. Jika ada seseorang yang dirinya sama sekali tidak ingin disentuh oleh nilai dakwah maka, kemungkinan besar dia takkan pernah berubah.

Maka itu kita perlu memikirkan bagaiamana caranya agar kita bias menyentuh objeknya. Inilah langkah awal penentunya. Kita harus bias mengatur strategi agar objek dakwah kita dapat kita sentuh. Sentuhan diawal menentukan sentuhan kita berikutnya. Maka agar seseorang dengan ikhlas dapat kita sentuh kita harus mulai dari bagian yang memang kita digampang untuk menyentuhnaya dan objek itu senang jika itunya kita sentuh, tanpa harus dipaksa-paksa. 

Dakwah memberi solusi bukan menakut-nakuti, setidaknya itulah salah satu mindset yang memang menjadi landasan kita untuk melekukan ekspansi dakwah. Kehadiran kita sebagai dai diharapkan memberikan ketenangan. Ironis memang jika Islam agama yang memberi rahmat pada semesta alam, namun secara opini public islam masih bertolak belakang dengan konsep islam sesungguhnya.
Jika seperti itu kondisinya maka akan sulitlah kita untuk mengajak manusia kembali kejalan yang lurus. Karena sentuhan diawal kita tidak bias memberikan sentuhan yang lembut yang membuat objek yang kita tuju
Sentuhan itu harus dilakukan dengan tepat sehingga sentuhan itu bias dirasakan. Sentuhan bias dilakukan lewat pertemuan langsung, bias juga dengan tulisan, yang pada intinya kita bias menyuntuh kelima indra objek dakwah yang ingin kta sentuh. Lewat matanya kita bias menyentuhnya dengan berbagai macam hal. Lewat media, tauladan dalam hal akhlak. Lewat indranya kita bias berkomunikasi lewat suara. Yang bias diatur sedemikian rupa. Lewat mulutnya kita bias menggosoknya. Diawal-awal ini akan sulit. Sehingga perlu ada sentuhan awal yang kita lakukan kepada objek agar objek itu mulai memberikan reaksi kepada kita. Balasan satu kalimat atau satu kata pun sudah cukup berarti untuk melakukan sentuhan selanjutnya. Missal dengan mengajaknya berkenalan atau menanyakan sesuatu kepada objek dakwa kita.

No comments:

Total Pageviews