Andai
ada sebatang logam digesekkan dengan magnet dalam jangka waktu tertentu dan
arah gesekannya selalu ke satu arah, maka logam tadi lama kelamaan akan
bersifat magnet juga. Inilah yang disebut peristiwa induksi magnet. Diamana
sebuah magnet mampu mempengaruhi sebatang logam yang awalnya bukan bersifat
magnet berubah sifatnya menjadi magnet.
Mengapa
ini terjadi? Kalau kita gunakan konsep fisika, awalnya molekul-molekul yang ada
didalam batang logam arahnya tidak teratur atau susunan partikelnya mempunyai
spin/arah yang berbeda-beda atau bahakan acak. Nah, kita menggosok-gosokkan
magnet tadi dalam jangka waktu tertentu dan arah gesekannya selalu kessatu arah
maka lama-kelamaan logam tadi pertikel-partikel kecilnya akan tersusun teratur
dan spin/arah molekulnya menuju kesatu arah. Sehingga muncullah sifat magnet
pada logam.
Ikhwa/akhwatfillah,
dari peristiwa induksi ini kita sebenarnya bias mengmbil hikmah. Bahwa untuk
memberikan pengaruh kepada sesuatu kita memerlukan proses dan dalam prose situ
memerlukan waktu, yang pada inti diperlukan kesabaran seseorang dalam prose
situ.
Dakwah
juga seperti itu. Kita kita sudah yakin bahwa kita ingin menularkan kebaikan-kebaikan yang kita miliki
kepada orang lain kita membutuhkan suatu proses. Sehingga objek yang kita
induksi tertularkan energi kebaikan itu.
Gesekkan kesatu
arah menunjukkan bahwa kita magnet tadi ingin memrubah susunan partikel logam
tadi sehingga susunan spin/arahnya teratur selanjutnya akan bersifat magnet.
Dakwah sesungguhnya seperti itu kita ingin segala unsure yang ada pada objek
dakwah kita bias kita luruskan arahnya, sehingga semua yang ada pada tubuhnya
terinduksi nilai-nilai dakwah kita tadi.
Ternyata
dari peristiwa itu yang terpenting adalah adanya sentuhan antara magnet dengan
batang logam. Berarti harus ada sentuhan antara da’I dengan objek dakwahnya.
Jika tidak ada sentuhan maka mustahil akan memberikan pengaruh. Jadi kalau ada
orang yang mengatakan “aku kan
seperti ini karena memang tidak mendapat hidayah dari Allah”.
Ini tentunya
pandangan yang salah tentang hidayah yang datingnya dari Allah. Sesungguhnya
sseseorang itu berubah kejalan yang baik karena ada yang menyentuhnya, kalau
tidak hidayah itu tidak akan datang. Jika ada seseorang yang dirinya sama
sekali tidak ingin disentuh oleh nilai dakwah maka, kemungkinan besar dia
takkan pernah berubah.
Maka itu kita
perlu memikirkan bagaiamana caranya agar kita bias menyentuh objeknya. Inilah
langkah awal penentunya. Kita harus bias mengatur strategi agar objek dakwah
kita dapat kita sentuh. Sentuhan diawal menentukan sentuhan kita berikutnya.
Maka agar seseorang dengan ikhlas dapat kita sentuh kita harus mulai dari
bagian yang memang kita digampang untuk menyentuhnaya dan objek itu senang jika
itunya kita sentuh, tanpa harus dipaksa-paksa.
Dakwah memberi solusi bukan menakut-nakuti, setidaknya itulah
salah satu mindset yang memang menjadi landasan kita untuk melekukan ekspansi
dakwah. Kehadiran kita sebagai dai diharapkan memberikan ketenangan. Ironis
memang jika Islam agama yang memberi rahmat pada semesta alam, namun secara
opini public islam masih bertolak belakang dengan konsep islam sesungguhnya.
Jika seperti itu kondisinya maka akan sulitlah kita untuk
mengajak manusia kembali kejalan yang lurus. Karena sentuhan diawal kita tidak
bias memberikan sentuhan yang lembut yang membuat objek yang kita tuju
Sentuhan itu harus dilakukan dengan tepat sehingga sentuhan
itu bias dirasakan. Sentuhan bias dilakukan lewat pertemuan langsung, bias juga
dengan tulisan, yang pada intinya kita bias menyuntuh kelima indra objek dakwah
yang ingin kta sentuh. Lewat matanya kita bias menyentuhnya dengan berbagai
macam hal. Lewat media, tauladan dalam hal akhlak. Lewat indranya kita bias
berkomunikasi lewat suara. Yang bias diatur sedemikian rupa. Lewat mulutnya
kita bias menggosoknya. Diawal-awal ini akan sulit. Sehingga perlu ada sentuhan
awal yang kita lakukan kepada objek agar objek itu mulai memberikan reaksi
kepada kita. Balasan satu kalimat atau satu kata pun sudah cukup berarti untuk
melakukan sentuhan selanjutnya. Missal dengan mengajaknya berkenalan atau
menanyakan sesuatu kepada objek dakwa kita.
No comments:
Post a Comment