Monday, December 27, 2010

Proses Membangun Bangsa Ini dimulai Dari Membentuk Keluaraga Yang Baik



Merajuk, ketika semua tidak sesuai dengan yang diharapkan. Seperti ada sesuatu perasaan yang mengtaakan tidak terima dengan kejadian itu. Kondisi jiwa seperti ingin mengeluarkan hasrat yang tidak tertahankan. Karena rasa kecewa ini hampir tidak bisa ditahankan.

Namun hati coba untuk lebih bersabar. Semua itu biasa dalam kehidupan. Yang namanya hidup akan selalu menemukan dua peristiwa dalam jiwa. Kalau tidak sedih ya senang. Kalau senang ya sepertinya kita begitu memiliki segalanya di dunia ini. Namun kalau sudah sedih, gula yang manis pun terasa pahit di mulut.

Maaf jika tulisan ini seperti terlalu menggunakan perasaan belaka. Namun ide besar akan coba saya tuangkan dalam tulisan ini. Karean banyak orang mengatakan logika tidak pernah sejalan dengan perasaan. Ini yang sering menjadi alasan kenapa suami istri sering tidak cocok dalam menjalani rumah tangga. Alasannya wanita terlalu berlebihan jika menggunakan perasaannya, sehingga pria yang lebih mengandalkan logika berpikirnya sering tidak menerima sikap yang ditunjukkan istri jika ada sesuatu hal yang aneh sidikit maka pria akan bertanya-tanya dan jarang sering mencoba merasakan apa yang dirasakan istrinya.

Sayangnya dalam logika tidak ditemukan logika senang dan logika sedih. Logika hanya memainkan nalar-nalar yang dianggap masuk diakal. Sehingga wajar memang jika seorang pria lebih terlihat beribawa ketimbang wanita.

Sebagai pria saya sebenarnya sudah lama memikirkan hal ini. Dimulai dari saya membaca seringnya terjadi pertengkaran dalam rumah tangga yang saya liat di media massa.

Ini menunjukkan sebernarnya di masyarakat kita masih ada kelemahan antara hal yang telah saya utarakan tadi yaitu logika dan perasaan. Bahkan sempat saya berpikir antara logika dan perasaan merupakan dua ujung yang tidak akan pernah menyatu.
Contohnya begini, seorang wanita yang terlalu menggunakan perasaannya seing tidak tampil apa adanya atau terkesan jaim(jaga image), sehingga jika bergaul antara pria dan wanita sering tidak lepas. Begitu juga pria, dengan mengandalakn logika ingin seperti tampil terlihat sempurna dihadapan wanita.

Maka biasanya kalau pria dan wanita sedang berpacaran diwaktu muda yang terjadi hanya saling membohongi. Karena hanya ingin menunjukkan kebaikannya masing-masing, nah ketka telah berumah tangga baru terkejut denga sikap asli pasangannya.

Hal ini sebenarnya yang sering terjadi di masyrakat kita. Maka ini menjadi pelajran bagi kita.

Katanya membangun bangsa yang beradab itu harus dibangun dari rumah tangga yang didalamya terdiri dari individu-individu. Rumah tangga yang baik akan diciptakan dari individu-individu yang baik. Bagaiman hal itu akan terwujud jika dalam membangun rumah tangga saja diawal sudah terjadi kekeliruan sebenarnya.

Katanya kalau tak pacaran dulu mana bisa menikah. Ini kalimat yang sering saya dengar dikalangan pemuda bangsa ini. Tapi ternyata dengan pacaran sudah terjadi proses pembentukan rumah tangga yang tidak baik, karena dari prosesnya mengajak individu untuk tidak menjadi individu yang baik.

Dulu ketika masih pacaran si pria begitu perhatiannya kepada wanita. Tiap malam ditelpon. Kabarnya ditanya, udah makan atau belum. Tak jumpa sehari katanya sseperti tak jumpa sebulan. Ternyata setelah menikah. Semua itu hanya omongkosong. Sms pun hampir tak pernah ketika sudah menikah. Dulu waktu pacaran kekasih kena duri si pria begitu antusias menanyakan mana yang sakit. Setelah menikah, istri sedang tersandung pintu sekarang malah di marahi. Malah katanya dimana mata mu kau pasang. Dengan nada yang begitu keras.  Sama sekali berbeda 180’.

Pesan untuk wanita-wanita, biasanya kalau pria dalam proses pacaran itu hanya ingin memuaskan nafsunya. Setelah nafsunya terpuaskan jarang sekali kemudian menjadi pria yang setia. Bahkan sering mencari mangsa lain yang menjadi pemuas nafsu berikutnya.

Maka wajar ketika sudah menikah pria sudah bosan dengan istrinya, biasanya begitu. Mohon maaf bila tulisan ini ada yang menyinggung anda yang membaca jika tersinggung. Karena niat saya menulis ini hanya memberikan pencerahan. Bahwa bangsa yang besar akan dibentuk dari masayarakat-masyrakat yang besar dalam pengertian cita-cita dan tingkah lakunya. Dan masyarakat yang besar disusun dari elemen keluarga-keluarga yang besar. Berarti penting bagi kita yang akan membentuk rumah tangga yang besar dalam artian cita-cita untuk kemajuan bangsa ini. Maka proses pembangunan bangsa dimulai dengan memperbaika keluarga-keluarga. Maka keluarga yang baik hanya akan muncul dari proses yang baik, dengan bahan dasar yang baik yaitu individunya.

Total Pageviews